Assalamualaikum, Ustaz . Apakah Hukum Membakar Al Quran Yang Tidak Lagi Dipakai Atau Dibaca ?? =)
Waalaikumusalam,
Ulamak berpandangan terdapat bebarapa cara untuk hapus al-Quran lama,
Pertama,
Mushaf /Quran itu dikubur dalam tanah.
Perkara ini berdasarkan keterangan madzhab hanafi dan hambali.
Al-Hasfaki, ulama madzhab hanafi mengatakan,
الْمُصْحَفُ إذَا صَارَ بِحَالٍ لَا يُقْرَأُ فِيهِ : يُدْفَنُ ؛ كَالْمُسْلِمِ
“
Mushaf yang tidak lagi boleh terbaca, dikubur, sebagaimana seorang muslim.” (
ad-Dur al-Mukhtar, 1:191).
Ulama lain yang memberikan catatan kaki untuk
ad-Dur al-Mukhtar mengatakan,
أي يجعل في خرقة طاهرة ، ويدفن في محل غير ممتهن ، لا يوطأ
Maksudnya, lembaran mushaf itu diletakkan pada kain yang suci, kemudian
dikubur di tempat yang tidak dihinakan (seperti tempat sampah), dan
tidak boleh dipijak.
Al-Bahuti mengatakan,
“Jika ada mushaf Alquran yang sudah usang maka dia dikubur, berdasarkan
ketegasan dari Imam Ahmad. Imam Ahmad menyebutkan bahwa Abul Jauza
mushafnya telah usang. Kemudian beliau menggali di tanah masjidnya lalu
menanamnya dalam tanah.” (
Kasyaf al-Qana’, 1:137)
Hal ini pula yang difatwakan Syaikhul Islam,
وأما المصحف العتيق والذي تَخرَّق وصار بحيث لا ينتفع به بالقراءة فيه ،
فإنه يدفن في مكان يُصان فيه ، كما أن كرامة بدن المؤمن دفنه في موضع يصان
فيه
Mushaf yang sudah lama atau rusak sehingga tidak boleh dibaca, lalu
kubur di tempat yang terlindungi. Sebagaimana kehormatan jasad seorang
mukmin, dia harus dikubur di tempat yang terlindungi (bukan tempat kotor
dan tidak boleh diinjak) (
Majmu’ Fatawa, 12:599).
Kedua, mushaf yang rusak itu dibakar.
Ini merupakan pendapat Malikiyah dan Syafiiyah. Tindakan ini meniru yang dilakukan oleh Khalifah Utsman
radhiyallahu ‘anhu,
setelah beliau menerbitkan mushaf induk ‘Al-Imam’, beliau memerintahkan
untuk membakar semua catatan mushaf yang dimiliki semua sahabat. Semua
ini dilakukan Utsman untuk menghindari perpecahan di kalangan umat islam
yang tidak memahami perbedaan cara bacaan Alquran.
Salah satu saksi sejarah, Mus’ab bin Sa’d mengatakan,
أدركت الناس متوافرين حين حرق عثمان المصاحف ، فأعجبهم ذلك ، لم ينكر ذلك منهم أحد
Ketika Utsman membakar mushaf, saya menjumpai banyak sahabat dan sikap
Utsman membuat mereka heran. Namun tidak ada seorangpun yang
mengingkarinya (HR. Abu Bakr bin Abi Daud, dalam
al-Mashahif, hlm. 41).
Di antara tujuan
membakar Alquran
yang sudah usang adalah untuk mengamankan firman Allah dan nama Dzat
Yang Maha Agung dari sikap yang tidak selayaknya dilakukan, seperti
dipijak, dibuang di tempat sampah atau yang lainnya.
وفى أمر عثمان بتحريق الصحف والمصاحف حين جمع القرآن جواز تحريق الكتب
التي فيها أسماء الله تعالى ، وأن ذلك إكرام لها ، وصيانة من الوطء
بالأقدام ، وطرحها في ضياع من الأرض
Perintah Utsman untuk membakar kertas mushaf ketika beliau mengumpulkan
Alquran, menunjukkan bolehnya membakar kitab yang disitu tertulis
nama-nama Allah ta’ala. Dan itu sebagai bentuk memuliakan nama Allah dan
menjaganya agar tidak terpijak oleh kaki atau terbuang sia-sia di
tanah (
Syarh Shahih Bukhari, 10:226)
Yang tidak boleh dilakukan
As-Suyuti menjelaskan beberapa hal yang tidak boleh dilakukan,
إذا احتيج إلى تعطيل بعض أوراق المصحف لبلى ونحوه ، فلا يجوز وضعها في شق
أو غيره ؛ لأنه قد يسقط ويوطأ ، ولا يجوز تمزيقها لما فيه من تقطيع الحروف
وتفرقة الكلم ، وفي ذلك إزراء بالمكتوب … وإن أحرقها بالنار فلا بأس ، أحرق
عثمان مصاحف كان فيها آيات وقراءات منسوخة ولم ينكر عليه
Beliau menyarankan supaya al-Quran dikubur atau dibakar, keduanya
memiliki alasan yang kuat. Yang lebih tepat adalah memilih cara yang
paling efektif, yang paling cepat menghilangkan hurufnya dan dapat
menghormati kemuliaannya.
Ibnu Utsaimin mengatakan,
التمزيق لابد أن يأتي على جميع الكلمات والحروف ، وهذه صعبة إلا أن توجد آلة تمزق تمزيقاً دقيقاً جداً بحيث لا تبقى صورة الحرف..
Menghancurkan mushaf harus sampai lembut, sehingga hancur semua kata
dan huruf. Dan ini sukar, kecuali jika ada alat untuk menghancurkan yang
lembut, sehingga tidak ada lagi tulisan hurup yang tertinggal(
Fatawa Nur ala ad-Darbi, 2:384)
Wallahu a'lam.